Festival Tumbilotohe Gorontalo: Kota Dihiasi Ribuan Lampu Minyak Menjelang Lebaran
Kalau lo pernah membayangkan suasana malam yang tenang, hangat, dan penuh cahaya menjelang Hari Raya Idul Fitri, maka lo wajib banget menyaksikan langsung Festival Tumbilotohe Gorontalo. Ini bukan sekadar tradisi, tapi pengalaman magis di mana ribuan lampu minyak dinyalakan serentak dan menyulap kota jadi lautan cahaya. Festival ini nggak cuma memukau secara visual, tapi juga sarat makna spiritual, sosial, dan budaya yang udah dijaga turun-temurun oleh masyarakat Gorontalo.
Dalam hitungan tiga malam terakhir bulan Ramadan, jalanan, halaman rumah, masjid, bahkan jembatan dan taman kota di Gorontalo dihiasi lentera-lentera tradisional yang disebut “tohe.” Saat malam tiba, cahaya lampu minyak itu membentuk pola, tulisan Arab, motif bunga, hingga lambang budaya lokal yang bikin suasana jadi magis dan penuh nuansa religius. Ini bukan pameran cahaya biasa, tapi representasi dari semangat masyarakat dalam menyambut malam kemenangan.
Yuk kita eksplor lebih dalam keindahan dan makna dari Festival Tumbilotohe Gorontalo—tradisi bercahaya yang gak cuma memanjakan mata tapi juga menyentuh jiwa.
Tumbilotohe: Tradisi Menyambut Lailatul Qadar dan Hari Kemenangan
Nama “Tumbilotohe” berasal dari bahasa Gorontalo yang berarti “menyalakan lampu.” Tradisi ini udah berlangsung sejak zaman Kesultanan Gorontalo dan dipercaya berasal dari kebiasaan umat Islam zaman dulu yang menyalakan lampu minyak untuk menerangi jalan menuju masjid saat malam-malam ganjil di akhir Ramadan, terutama untuk berburu malam Lailatul Qadar.
Lambat laun, kegiatan ini berkembang jadi semacam festival cahaya, di mana bukan cuma halaman masjid yang diterangi, tapi juga rumah-rumah warga dan area publik. Masyarakat mulai saling berlomba menghias lingkungannya dengan tohe—lampu minyak yang dibuat dari botol kaca atau bambu, diisi minyak kelapa, dan diberi sumbu. Hasilnya? Suasana malam yang syahdu, hangat, dan menyatukan semua orang dalam harmoni yang damai.
Makna spiritual Festival Tumbilotohe Gorontalo sangat kuat. Ia jadi simbol penerangan hati menjelang Idul Fitri, waktu di mana umat Islam berharap dosa-dosa mereka terhapus dan jiwa kembali suci. Lampu-lampu itu seolah menggambarkan harapan, doa, dan cinta yang menyala untuk menyambut kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa.
Keindahan Visual yang Magis: Ribuan Lampu, Ribuan Harapan
Begitu malam mulai datang dan matahari mulai tenggelam, suasana kota Gorontalo berubah total. Lampu-lampu jalan mulai redup, tapi ribuan lampu minyak tradisional mulai menyala satu per satu. Suasana jadi hangat, tenang, dan penuh warna.
Di beberapa titik kota seperti:
- Taman Menara Limboto
- Jembatan Talumolo
- Area Lapangan Taruna Remaja
- Halaman masjid-masjid besar seperti Masjid Agung Baiturrahim
- Desa-desa adat di kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango
…lo bisa nemuin instalasi lampu yang dirancang super detail dan artistik. Ada yang membentuk lafaz “Allah” atau “Muhammad,” ada juga yang bikin siluet masjid, pemandangan bulan sabit, atau pola ornamen khas Gorontalo. Banyak juga yang pakai kaligrafi Arab dan motif bunga khas Timur Tengah.
Yang menarik, semua lampu ini dinyalain manual. Gak ada sistem listrik. Masyarakat bekerja sama bikin rangka bambu, ngisi minyak kelapa, nyiapin sumbu, dan nyalain satu per satu. Bayangin betapa hangatnya rasa gotong royong yang tumbuh dari satu tradisi sederhana ini.
Buat wisatawan, ini momen terbaik buat night walk atau city tour bertema Ramadan. Banyak yang datang dengan keluarga, sambil ngabuburit, terus berbuka puasa bareng di bawah sinar tohe. Suasananya syahdu banget.
Aktivitas Seru Selama Festival Tumbilotohe
Buat lo yang pengen ngerasain langsung vibe-nya, Festival Tumbilotohe Gorontalo gak cuma tentang lihat-lihat lampu. Ada banyak aktivitas yang bisa lo ikutin:
1. Lomba Desain Tohe
Kompetisi antar RT, kelurahan, atau komunitas pemuda untuk bikin instalasi lampu paling kreatif dan estetik. Tema bisa budaya, religi, atau bebas.
2. Pasar Ramadan Malam Hari
Sambil nikmatin cahaya lampu, lo bisa jajan kuliner khas Gorontalo seperti:
- Ilabulo (pepes sagu isi ayam atau hati)
- Binte biluhuta (sop jagung seafood khas Gorontalo)
- Kue karawo dan onde-onde ketan
- Es pisang ijo atau saraba khas Sulawesi
3. Pawai Budaya dan Musik Religi
Ada pertunjukan hadrah, rebana, dan pawai anak-anak dengan lentera mini sambil membaca shalawat. Meriah tapi tetap khidmat.
4. Wisata Fotografi
Buat lo yang doyan motret, ini surganya. Coba eksplor desa-desa kecil yang bikin desain lampu tematik. Golden hour dan blue hour jadi waktu favorit para fotografer.
Nilai Budaya dan Pelestarian Tradisi Lokal
Di balik gemerlapnya, Festival Tumbilotohe Gorontalo adalah cerminan kearifan lokal yang terus dilestarikan di era modern. Masyarakat Gorontalo gak sekadar bikin festival buat menarik wisatawan, tapi tetap menjaga esensi spiritual dan budayanya. Bahkan, anak-anak muda dilibatkan aktif dalam proses persiapan, biar tradisi ini gak putus sampai generasi selanjutnya.
Ini juga jadi bentuk pendidikan budaya secara organik. Anak-anak belajar cara bikin tohe, ngerti filosofi Ramadan, dan ngerasain langsung semangat kerja sama. Pemerintah daerah dan komunitas adat kerja bareng buat ngejaga agar tradisi ini tetap otentik—gak tergeser sama lampu-lampu LED atau hiasan modern yang terlalu “asing.”
Dengan kata lain, Festival Tumbilotohe bukan cuma event musiman, tapi identitas budaya Gorontalo yang hidup dan tumbuh bersama warganya.
Tips Menyaksikan Festival Tumbilotohe: Biar Pengalaman Maksimal
Biar lo bisa total menikmati keindahan dan kedalaman Festival Tumbilotohe Gorontalo, ini beberapa tips yang bisa lo ikutin:
- Datang tiga malam sebelum Idul Fitri, karena itu puncak acaranya.
- Eksplor dari sore sampai malam, mulai dari persiapan sampai semua lampu menyala.
- Gunakan outfit sopan dan nyaman, karena lo bakal banyak jalan kaki.
- Bawa kamera atau smartphone full baterai, setiap sudut kota bakal Instagrammable banget.
- Hormati suasana religi, jaga sikap, hindari bising berlebihan.
- Jangan buang sampah sembarangan, bantu jaga lingkungan bersih.
Penutup: Dari Lampu Minyak, Menyala Harapan dan Doa
Di dunia yang makin serba digital dan penuh lampu neon, Festival Tumbilotohe Gorontalo hadir sebagai pengingat indah bahwa kesederhanaan bisa membawa kehangatan yang luar biasa. Ribuan lampu minyak yang menyala serentak bukan cuma buat gaya-gayaan, tapi simbol dari harapan, cinta, dan rasa syukur masyarakat terhadap berkah Ramadan dan datangnya Idul Fitri.
Menikmati Tumbilotohe bukan cuma soal visual, tapi juga soal rasa—rasa kebersamaan, ketenangan, dan refleksi diri di akhir bulan penuh ibadah. Sebuah tradisi yang memelukmu dengan cahaya dan membawa pesan: bahwa dalam gelap malam, selalu ada cahaya dari doa-doa yang menyala.
Jadi, siap buat nikmatin malam-malam terakhir Ramadan yang tak terlupakan di Gorontalo?
Share this content:
Post Comment